Lompat ke isi utama

Peneliti Dari Kedokteran Unissula Ingatkan Pentingnya Pilih Antiaging Alami

Banyaknya produk perawatan wajah yang berdedar bebas dipasaran cukup membingungkan masyarakat. Jika tidak cermat memilih produk perawatan wajah bisa fatal. Bukannya wajah cerah yang didapat justru iritasi dan kulit jadi kering. Hal itu disampaikan oleh peneliti dari Kedokteran Unissula Dr dr Pasid Harlisa SpKK. “Beragamnya produk perawatan wajah yang mengandung antioksidan untuk mencegah penuaan dini banyak tersedia menjadikan masyarakat sulit menentukan produk yang tepat. Bahkan beberapa kandungan di dalam produk kecantikan justru menyebabkan timbulnya iritasi, kulit menjadi kering, dan efek samping lainnya. Di samping itu produk antiaging tersebut juga relatif mahal. Sehingga perlu dikembangkan produk berbahan alami yang memiliki sifat antioksidan kuat agar dapat melawan reaksi dari radikal bebas, namun secara ekonomi lebih terjangkau di masyarakat,” jelasnya pasca lulus dalam ujian terbuka doktor di UNS Surakarta (26/1/2023). Menurut dosen kelahiran Pasuruan tersebut masyarakat memerlukan produk perawatan wajah antiaging (mengatasi penuaan kulit) dan pencerah yang tepat. Ia telah membuat penelitian yang lama terkait hal itu dan menjadi bahan disertasinya. Penelitiannya berjudul krim ekstrak etil asetat buah manggis sebagai anti penuaan dan pencerah kulit pada epidermis marmut model melanogenik. Bertindak sebagai promotor adalah Prof Dr Harijono Kario Sentono dr SpKK. Menurut pengamatannya kulit manggis adalah bahan yang sesuai sebagai bahan aktif antiaging dan pencerah wajah. “Disamping kulit manggis adalah bahan alami yang banyak tersedia, dari berbagai penelitian disebutkan kulit manggis mengandung antioksidan yang berpotensi mengatasi penuaan kulit dan pencerah kulit. Hal ini terbukti dari hasil eksperimen uji klinis terhadap marmut selama 28 hari bahwa marmut yang diberi ekstrak etil asetat buah manggis pigmentasi kulit berkurang,” lanjutnya. Dengan hasil tersebut dirinya berharap selanjutnya produk tersebut dapat diproduksi secara massal. “Kami berharap dapat diproduksi secara massal dan masyarakat tau akan manfaat bahan tersebut. Tentunya itu setelah tahap uji klinis kepada manusia dan uji efek samping. Kita tentu juga perlu memastikan berapa persen kandungan ekstrak etil asetat buah manggis tersebut dengan dosis yang sesuai, 12%, 14%, atau di angka 16%,” lanjutnya. Dirinya juga mengungkap bangga menjadi dosen Kedokteran Unissula. “Saya senang bisa bergabung di Kedokteran Unissula. Saya menjadi dosen di tahun 2015. Saat ini akreditasi Kedokteran Unissula sudah A keunggulan lainnya yaitu fakultas tidak hanya mengakjarkan sains tapi juga pendekatan agama. Ini yang menjadi pembeda dan istimewanya Kedokteran Unissula,” pungkasnya.